Kamis, 26 April 2012

Hukum Dan Pemerintahan


Diduga Milik Dinas Kebersihan Kota Medan
Sampan Bernilai Ratusan Juta Rupiah Terlantar Diparit
 Sampan yang telah digenangi air parit dan sampah
>>>>> zerit
WN-MEDAN
Sampan kayu bernilai ratusan rupiah yang diduga milik Dinas Kebersihan Kota Medan, terlihat lusuh, berlumut dan dipenuhi sampah busuk terlantar hingga menjadi bangkai di parit Jalan Mabar Medan. Warga setempat yang ditemui WN sempat berkomentar heran dengan berkata, “sungguh aneh, biasanya sampan dipergunakan para nelayan untuk menangkap ikan dan tempatnyapun dilaut, tapi sampan ini ditempatkan diparit yang dangkal. Kuat dugaan  Dinas Kebersihan Kota Medan membuat sampan yang diperuntukkan untuk mengambil sampah di parit jalan mabar Medan yang diduga  menghabiskan ratusan juta rupiah”, celetuk dari salah satu warga.
Dalam keherannya warga juga mempertanyakan  apakah  bisa sampan di letakkan di parit yang dangkal  dan berbatu , kalau dalam masih bisa diterima, apalagi sampan tersebut  diperuntukkan pengambil sampah yang ada di parit, tidak dapat  berfungsi sama sekali sebab paret ini airnya dangkal dan bebatuan, Sampan milik Dinas Kebersihan Kota Medan ini hanya sia sia belaka.
Dari pantauan wantara, di lokasi paret jalan mabar ternyata sampan tersebut telah dipenuhi sampah dan digenangi air paret . pada mulanya sampan tersebut dijadikan tempat bermain anak anak.
Dari beberapa warga WN mendapat informasi bahwa sampan yang diduga dibuat oleh Dinas Kebersihan Kota Medan  dari mulai di letakkan hingga saat ini tidak pernah di pergunakan.Ditanya ada berapa unit sampan yang diletakkan di paret jalan mabar ini warga yang tidak mau disebut namanya mengatakan bahwa pada saat itu yang lupa hari dan tanggal peletakan sampan  sebenarnya disini ada tiga unit tetapi kami tidak tahu  yang dua lagi entah dimana di letakkan .

Hukum Dan Ham


Akibat Pemberitaan Tingginya Harga Raskin
Oknum Kepala Desa Bentak Wartawan

>>>>> Badrudin   
WN-INDRAMAYU
       Mencuatnya pemberitaan bantuan raskin (Beras miskin) di Desa kerangkeng,yang sudah di beritakan sebelumnya di media Wantara Jumat kemarin tanggal 27 Maret,yang menjelaskan adanya pembagian raskin sudah di keluhkan warga,pasalnya harga raskin yang di jual tidak setandar aturan yang di terapkan,harga yang seharusnya di jual 1kg 1600 hingga sekarang mencapai 2000 lebih per kilonya,dan sistem pembagianya di lakukan dengan 1 karung beras yang berisi 15kg di bagi 4 KK (kepala keluarga) dengan rata;rata mendapat 3,5 kg saja, adanya berita tersebut membuat semua wartawan mengejar untuk memastikan kebenaranya,dengan tujuan  mengkonfirmasi ke Kuwu Madri sebagai kepala Desa Kerangkeng.
         Pada hari minggu tanggal 1 April beberapa wartawan sudah menunggu kuwu Madri di depan kantor Desanya untuk konfirmasi,namun susah di temui karena kebetulan sedang ada rapat pembagian raskin,salah satu wartawan SP yang mengaku sudah kenal dengan Kuwu Madri berusaha menemuinya,dan di persilakan masuk oleh jurutulis untuk menemui kuwu di ruang kerjanya,”mau kamu apa..sabil memukul meja dua kali dan bentak-bentak,saya berusaha menghidar dan keluar ruangan,saya takut di pukul mas…tutur wartawan SP dengan nada pasti
          Sementara itu menurut keterangan Lili Kesos kecamatan kerangkeng ,menjelaskan bawah untuk raskin harga yang di terapkan 1600 per kilonya,adapun kalau ada yang menjual mencapai 2000,yang 400 untuk dana oprasional itu pun harus ada berita acaranya,lebih jauh lagi Lili menjelaskan ke perihatinannya atas perbuatan yang kurang menyenangkan Kepala Desa Kerangkeng terhadap Wartawan,Tuturnya

Rabu, 25 April 2012

Kejahatan Dan Kekejaman Oknum Pilisi Dalam Menjalankan Tugas


Komnas HAM Dan Kompolnas Minta Mabes Polri Usut Tuntas
Penembakan Tersangka Di Polsek Tambun Diduga Terencana
Foto jenajah,Tak seorangpun tau bahagian mana yang tertembak hingga Ilan Als Geng di kebumikan

WN-Bekasi
Pernyataan Kapolsek Tambun  Kompol Andri Ananta Yudhistira Sik “dua tersaka terpaksa di tembak mati  karena melawan saat akan ditangkap”, sepertinya perlu di cermati dan diselidiki sebab diduga pernyataan tersebut merupakan pembohongan publik. Hal ini bukan tidak beralasan mengingat salah seorang tersangka yang di tembak mati tersebut sebenarnya tidak melakukan perlawanan saat akan di tangkap, bahkan Ilan Als Gepeng saat ditangkap koperatif sehingga tidak di Borgol.
Dari penelusuran WN dilokasi penangkapan diperoleh informasi, Ilan Als Gepeng ditangkap tanpa perlawanan oleh 5 (lima) orang anggota Polisi  yang datang menggunakan Mobil Kijang  Warna Merah  pada Kamis (12/4-2012) pukul 07.30 Wib, saat sedang sarapan pagi.
Polisi yang melakukan penangkapan tersebut tidak menunjukkan Kartu Tanda Pengenal serta tidak membuat Berita Acara Penagkapan maupun meminta tanda tangan pemilik rumah serta aparat maupun warga setempat, sehingga berita penangkapan  tersebut menjadi simpang siur.
Ironisnya kematian kedua tersangka yang ditembak tersebut tidak segera beritahu kepada kelurga maupun aparat pemerintahan setempat ,sehingga terkesan disembunyikan, yang santer dibicaran dikalangan masyarakat dengan sebutan sengaja digelapkan. Keluarga mengetahui kondisi dan keberadaan kedua mayat tersangka melalui penelusuran karena merasa curiga ketika melihat pemberitaan di Metro TV dan mengenal pelaku lainnya sebagai teman keduanya.
Yang lebih miris lagi, tidak satupun anggota kelurga yang diperkenankan melihan kondisi kedua mayat tersebut sampai pada saat penguburannya, sehingga tidak ada yang mengetahui bagian mana yang tertembak hingga keduanya meninggal dunia, Demikian juga lokasi penembakan, tidak ada seorang pun yang tau lokasi penembakan yang sebenarnya.
Dari sumber yang layak dipercaya WN mendapat keterangan bahwa setelah penangkapan kedua tersangka yang mati tersebut sempat diturunkan di salah-satu hotel di bilangan Tambun, sehingga yang dibawa oleh petugas ke Mapolsek Tambun hanya dua orang.
Beberapa tokoh masyarakat Tambun Khusunya Mangun Jaya mengharapkan Komnas Ham dan Kompolnas  meminta penembakan tersebut di usut tuntas olah Mabes Polri karena penembakan tersebut diduga dilakukan dengan rapih dan terencana yang bertujuan memutus mata rantai Curanmor tersebut. Hal ini ujar salah seorang  tokoh masyarakat, tersebut mengingat  rencana penangkapan terhadap keempat tersangka telah sering dibicarakan para Polisi pada saat melakukan pengamanan Pilkada Kab. Bekasi disekitar Kelurahan Mangun Jaya beberapa waktu yang lalu.
Ketika WN Konfirmasi kepada Kapolsek Tambun melalui Surat Nomor : 35/PR-MWN/K/IV/2012, tidak mendapat respon dan tanggapan, bahkan beberapa penyidik coba melarang keluarga untuk memberikan keterangan dengan alasan Wartawan ,Warta Nusan tara adalah orang Korea. Provokasi ini diduga dilakukan untuk menutupi kebenaran yang sesungguhnya.Tim

Karawang Kota Bersejarah Menjadi Pariwisata Domestik
Candi Jiwa diKabupaten Karawang


>>>>> R.Imam Saprugin,SH
WN-KARAWANG
Karawang adalah suatu daerah sejarah yang melegenda,yang pantas mendapat perhatian baik dari pemerintah RI maupun dari manca Negara,pasalnya banyak sekali sejarah yang sangat perlu diketahui masyarakat layak, khususnya masyarakat karawang.
Adapun sejarahnya seperti ditahun 16 masehi,tentang penyebaran agama islam dimasa syeh Qurotula’in(syeh quro red) yang makamnya dikampung pulo bata kecamatan Lemahabang Wadas Kabupaten Karawang,sebelum Wali songo lahir dan menyebarkan agama islam di Indonesia yang khususnya ditatar  Pulau jawa,ada lagi yang perlu diketahui bahwa dikarawang telah ditemukan Candi yang dinamai Candi jiwa,penemuan tersebut pada tahun 1997 yang pada awalnya diketahui oleh petani dari masyarakat setempat yang waktu itu melakukan pembajakan atau mencangkul disawah dan ahirnya petani itu melaporkan temuannya kepada aparat pamong setempat,selanjutnya diketahui oleh pemerintah Muspida karawang dan juga diketahui Publik.
Kompleks Percandian Batujaya adalah sebuah suatu kompleks sisa-sisa percandian Buddha kuno yang terletak di Kecamatan Batujaya dan Kecamatan Pakisjaya, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. Situs ini disebut percandian karena terdiri dari sekumpulan candi yang tersebar di beberapa titik.Situs Batujaya secara administratif terletak di dua wilayah desa, yaitu Desa Segaran  Kecamatan Batujaya dan Desa Telagajaya Kecamatan Pakisjaya di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Luas situs Batujaya ini diperkirakan sekitar lima km2. Situs ini terletak di tengah-tengah daerah persawahan dan sebagian di dekat permukiman penduduk dan tidak berada jauh dari garis pantai utara Jawa Barat (Ujung Karawang Red). Kecamatan Batujaya kurang lebih terletak enam kilometer dari pesisir utara dan sekitar 500 meter di utara Ci Tarum. Keberadaan sungai ini memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap keadaan situs sekarang karen tanah di daerah ini tidak pernah kering sepanjang tahun, baik pada musim kemarau atau pun pada musim hujan.
Lokasi percandian ini jika ditempuh menggunakan kendaraan sendiri dan datang dari Jakarta, dapat dicapai dengan mengambil jalan tol Cikampek. Keluar di gerbang tol Karawang Barat dan mengambil jurusan Rengasdengklok. Selanjutnya mengambil jalan ke arah Batujaya di suatu persimpangan. Walaupun jika ditarik garis lurus hanya berjarak sekitar 50 km dari Jakarta, waktu tempuh dapat mencapai tiga jam karena kondisi jalan yang ada.Situs Batujaya terletak di lokasi yang relatif berdekatan dengan Situs Cibuaya (sekitar 15km di arah timur laut) yang merupakan peninggalan bangunan Hindu dan situs temuan pra-Hindu "kebudayaan Buni" yang diperkirakan berasal dari masa abad pertama Masehi. Kenyataan ini seakan-akan mendukung tulisan Fa Hsien yang menyatakan: "Di Ye-po-ti (Taruma, maksudnya Kerajaan Taruma) jarang ditemukan penganut Buddhisme, tetapi banyak dijumpai brahmana dan orang-orang beragama kotor".Lokasi candi ini dahulu merupakan danau dan candi dibangun di tepi danau. Danau ini terbentuk akibat beralihnya sungai Citaruum dari arah Utara ke Barat Laut . Hal ini juga di tandakan dengan nama desa yang ada yaitu Segaran yang berarti Laut atau badan air seperi danau dalam bahasa Sangsekerta dan Telaga Jaya.
Situs Batujaya pertama kali diteliti oleh tim arkeologi Fakultas Sastra Universitas Indonesia (sekarang disebut Fakultas Ilmu Budaya UI) pada tahun 1984 berdasarkan laporan adanya penemuan benda-benda purbakala di sekitar gundukan-gundukan tanah di tengah-tengah sawah. Gundukan-gundukan ini oleh penduduk setempat disebut sebagai onur atau unur dan dikeramatkan oleh warga sekitar. Semenjak awal penelitian dari tahun 1992 sampai dengan tahun 2006 telah ditemukan 31 tapak situs sisa-sisa bangunan. Penamaan tapak-tapak itu mengikuti nama desa tempat suatu tapak berlokasi, seperti Segaran 1, Segaran 2, Telagajaya 1, dan seterusnya Sampai pada penelitian tahun 2000 baru 11 buah candi yang diteliti (ekskavasi) dan sampai saat ini masih banyak pertanyaan yang belum terungkap secara pasti mengenai kronologi, sifat keagamaan, bentuk, dan pola percandiannya. Meskipun begitu, dua candi di Situs Batujaya (Batujaya 1 atau Candi Jiwa, dan Batujaa 5 atau Candi Blandongan) telah dipugar dan sedang dipugar.
Ekskavasi dan penelitian dilaksanakan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas) dan dibantu oleh EFEO  (École Français d’Extrême-Orient) dan dukungan dana dari Ford Motor Company digunakan untuk kegiatan kajian situs ini.Dari segi kualitas, candi di situs Batujaya tidaklah utuh secara umum sebagaimana layaknya sebagian besar bangunan candi. Bangunan-bangunan candi tersebut ditemukan hanya di bagian kaki atau dasar bangunan, kecuali sisa bangunan di situs Candi Blandongan.
Candi-candi yang sebagian besar masih berada di dalam tanah berbentuk gundukan bukit (juga disebut sebagai unur dalam bahasa Sunda dan Jawa). Ternyata candi-candi ini tidak memperlihatkan ukuran atau ketinggian bangunan yang sama.Candi yang ditemukan di situs ini seperti candi Jiwa, struktur bagian atasnya menunjukkan bentuk seperti bunga padma (bunga teratai). Pada bagian tengahnya terdapat denah struktur melingkar yang sepertinya adalah bekas stupa atau lapik patung Buddha. Pada candi ini tidak ditemukan tangga, sehingga wujudnya mirip dengan stupa atau arca Buddha di atas bunga teratai yang sedang berbunga mekar dan terapung di atas air. Bentuk seperti ini adalah unik dan belum pernah ditemukan di Indonesia,Bangunan candi Jiwa tidak terbuat dari batu, namun dari lempengan-lempengan batu bata.
Menurut keterangan penduduk setempat kata jiwa berasal dari sifat unur (gundukan tanah yang mengandung candi) yang dianggap mempunyai "jiwa". Karena beberapa kali kambing diikat diatasnya mati. Sehingga tidak ada hubungan dengan Dewa Syiwa.Kata "jiwa" sangat dekat dengan nama salahsatu nama dewa dalam agaman Hindu yaitu Dewa Syiwa. Perubahan dari"syiwa" menjadi "jiwa" bisa terjadi karena perjalanan waktu, atau karena aksen Sunda. Barangkali kedekatan kata syiwa dan jiwa bisa dijadikan salah satu objek penelitian meskipun agak aneh jika data yang telah didapat bahwa candi Jiwa lebih kepada Budha daripada Hindu. Di Budha tidak ada dewa Syiwa.
Berdasarkan analisis radiometri carbon 14 pada artefak-artefak peninggalan dicandi Blandongan, salah satu situs percandian Batujaya, diketahui bahwa kronologi paling tua berasal dari abad ke-2 Masehi dan yang paling muda berasal dari abad ke-12.Di samping pertanggalan absolut di atas ini, pertanggalan relatif berdasarkan bentuk paleografi tulisan beberapa prasasti yang ditemukan di situs ini dan cara analogi dan tipologi temuan-temuan arkeologi lainnya seperti keramik Cina, gerabah, votive tablet,Lepa (pleister), hiasan dan arca-arca stucco dan bangunan bata banyak membantu.dari hal ini Muspida karawang khususnya dan Pemerintah RI Umumnya,terutama dinas Pariwisata dan Budaya agar lebih melestarikan dan merawat  serta mamperhatikan Peninggalan bersejarah ini layaknya terhadap Candi-candi yang lain seperti Candi Borobudur dan Prambanan yang diwilayah Jawa tengah karena Candi Jiwa juga sangat memiliki Nilai Sejarah dan salah satu Aset Purbakala yang perlu dijaga Kelestariannya agar menjadi Budaya bangsa di NKRI ini.