Sejarah Masyarakat Indonesia (Bag: 5)
Oleh : Bachrum Musa
Ø Akar Desintegrasi Bangsa
1. Indonesia Baru Terbentuk secara formal tahun 1945
Kesadaran berbangsa rakyat Indonesia selama masa penjajahan hanya dianut sekitar ratusan orang dari lebih 50 juta jiwa penduduk Indonesia masa itu. Umumnya orang Indonesia menerima komunitasnya sebagai etnis, yang bukan dari bagian kesatuan bangsa.
Sampai tahun 1940-an, rata-rata orang Indonesia menyebut dirinya sebagai ‘orang Batak, orang Padang, Orang Jawa, Orang Ambon, Orang Dayak, Orang Melayu, Orang Bugis, Orang Manado, dll.
2. Sumpah Pemuda tahun 1928 mengundang kesadaran berbangsa dari kelas-menengah Indonesia yang anti Belanda (belum tentu anti kolonialisme) sementara mayoritas kelas menengah (ningrat, birokrat, intelektual) menentang Sumpah Pemuda. Rakyat banyak cenderung berfihak kepada kelas-berkuasa, yang umumnya berada di tangan kaum ningrat (sebagai alat kolonial) atau birokrat, dan sangat memuju intelektual. Oleh karena itu mayoritas rakyat pun tidak mendukung isi Sumpah Pemuda, walau di hati kecil mereka anti Belanda.
3. Masa Penjajahan Jepang
Ketika Belanda dikalahkan Jepang, rasa benci kepada Belanda ditumpahkan lewat aksi mendukung kehadiran balatentara Jepang, di anaranya dengan mengibarkan bendera merah-putih. Bahwa Jepang melarang merah-putih dikibarkan, merubah sikap rakyat menjadi tidak suka kepada Jepang.
Walau tahun 1944, Jepang mengijinkan merah-putih berkibar di samping hinomaru, rasa benci kepada Jepang tetap tumbuh di hati rakyat.
4. Proklamasi Kemerdekaan tahun 1945
Walau sesungguhnya rakyat tidak mengerti hubungan merdeka dengan negara, rakyat menyambut Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tahun 1945 dengan sangat antusias. Maka seperti ditulis Wiji Karti Winata “rakyat Banteng bertanya : Kapan habisnya merdeka ini pak ?”.
Sejak tahun 1945 rakyat Indonesia terpecah dua. Yang mendukung kemerdekaan dengan sebutan Republikein, berhadapan dengan yang memihak Belanda, yang kemudian disebut federalis.
Peranan Belanda cukup besar, tidak saja lewat agresi pertama dan kedua, dalam hal menimbulkan des-integrasi bangsa, tetapi yang lebih besar lewat infiltrasi dan adu domba.
5. Revolusi fisik
Revolusi fisik yang berlangsung samp[ai akhir tahun 1949, dengan produknya Republik Indonesia Serikat (RIS), melegimitasi adanya negara-negara bagian berbentuk van kook, di samping Republik Indonesia. Artinya, mengakui adanya rakyat yang memihak Belanda dengan bukti negara bagian, di samping rakyat patriotik yang membela kemerdekaan.
Pertarungan untuk melikuidasi negara-bagian, berjalan secara monumental, karena lewat lembaga yang disebut Kongres Rakyat, pada pertengahan tahun 1950, negara-ngara bagian mengakhiri eksistensinya, sehingga Agustus 1950, Indonesia kembali kepada Republik Kesatuan.
(Penulis adalah aktivis Pemuda Marhaenis, dan Wartawan WANTARA, bersambung).
1. Indonesia Baru Terbentuk secara formal tahun 1945
Kesadaran berbangsa rakyat Indonesia selama masa penjajahan hanya dianut sekitar ratusan orang dari lebih 50 juta jiwa penduduk Indonesia masa itu. Umumnya orang Indonesia menerima komunitasnya sebagai etnis, yang bukan dari bagian kesatuan bangsa.
Sampai tahun 1940-an, rata-rata orang Indonesia menyebut dirinya sebagai ‘orang Batak, orang Padang, Orang Jawa, Orang Ambon, Orang Dayak, Orang Melayu, Orang Bugis, Orang Manado, dll.
2. Sumpah Pemuda tahun 1928 mengundang kesadaran berbangsa dari kelas-menengah Indonesia yang anti Belanda (belum tentu anti kolonialisme) sementara mayoritas kelas menengah (ningrat, birokrat, intelektual) menentang Sumpah Pemuda. Rakyat banyak cenderung berfihak kepada kelas-berkuasa, yang umumnya berada di tangan kaum ningrat (sebagai alat kolonial) atau birokrat, dan sangat memuju intelektual. Oleh karena itu mayoritas rakyat pun tidak mendukung isi Sumpah Pemuda, walau di hati kecil mereka anti Belanda.
3. Masa Penjajahan Jepang
Ketika Belanda dikalahkan Jepang, rasa benci kepada Belanda ditumpahkan lewat aksi mendukung kehadiran balatentara Jepang, di anaranya dengan mengibarkan bendera merah-putih. Bahwa Jepang melarang merah-putih dikibarkan, merubah sikap rakyat menjadi tidak suka kepada Jepang.
Walau tahun 1944, Jepang mengijinkan merah-putih berkibar di samping hinomaru, rasa benci kepada Jepang tetap tumbuh di hati rakyat.
4. Proklamasi Kemerdekaan tahun 1945
Walau sesungguhnya rakyat tidak mengerti hubungan merdeka dengan negara, rakyat menyambut Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tahun 1945 dengan sangat antusias. Maka seperti ditulis Wiji Karti Winata “rakyat Banteng bertanya : Kapan habisnya merdeka ini pak ?”.
Sejak tahun 1945 rakyat Indonesia terpecah dua. Yang mendukung kemerdekaan dengan sebutan Republikein, berhadapan dengan yang memihak Belanda, yang kemudian disebut federalis.
Peranan Belanda cukup besar, tidak saja lewat agresi pertama dan kedua, dalam hal menimbulkan des-integrasi bangsa, tetapi yang lebih besar lewat infiltrasi dan adu domba.
5. Revolusi fisik
Revolusi fisik yang berlangsung samp[ai akhir tahun 1949, dengan produknya Republik Indonesia Serikat (RIS), melegimitasi adanya negara-negara bagian berbentuk van kook, di samping Republik Indonesia. Artinya, mengakui adanya rakyat yang memihak Belanda dengan bukti negara bagian, di samping rakyat patriotik yang membela kemerdekaan.
Pertarungan untuk melikuidasi negara-bagian, berjalan secara monumental, karena lewat lembaga yang disebut Kongres Rakyat, pada pertengahan tahun 1950, negara-ngara bagian mengakhiri eksistensinya, sehingga Agustus 1950, Indonesia kembali kepada Republik Kesatuan.
(Penulis adalah aktivis Pemuda Marhaenis, dan Wartawan WANTARA, bersambung).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar