WANTARA, Lubuklinggau
Tahun Anggaran (TA) 2012, bersumber dana DDL, Pemerintah Kota Lubuklinggau Provinsi Sumatera Selatan, melalui Dinas PU Tata Kota, melaksanakan proyek peningkatan jalan lingkar utara dengan panjang 4 km, lebar 7 m dengan ketebalan 9 cm , berlokasi di Kecamatan Lubuklinggau Utara I dengan nilai kontrak Rp. 9.843.764.000.00,- dikerjakan PT. Alfa Amin Utama, dinilai sejumlah kalangan tidak berkualitas.
Di khawatirkan jalan itu akan cepat mengalami kerusakan, karena dikerjakan asal-asalan pada malam hari,
tanpa pengawasan dari Dinas PU Tata Kota Lubuklinggau.
Hal itu, terlihat pada saat pengaspalan, jalan yang berlubang tidak di Paecing (tambal) , dan oleh kontraktor langsung di-prime coat, lalu diaspal. Seharusnya jalan itu di-paecing dulu, terus di-prime coat, baru loyer (diaspal). Kemudian, prime coat yang dilakukan di jalan itu diduga tidak standar PU.
Bahkan juga, secara kasat mata ketebalan hamparan aspal di bebarapa titik jalan yang terpasang diduga masih ada terlihat tipis dan berpori-pori, karena pelaksanaan diduga tidak sesuai tehknis yang umumnya dilakukan dua kali pengaspalan untuk mencapai ketebalan 9 cm baru bagus.
Pihak kontraktor diduga sengaja mengurangi volume bahan material aspal untuk mendapatkan keuntungan di luar kewajaran. Meskipun secara fisik pengasapalan telah selesai dikerjakan namun permukaan jalan tidak menunjukan mutu yang lebih baik. Sehingga ada beberapa titik di jalan ini kondisi aspalnya mulai retak dan terkelupas.
Hal di atas, berdasarkan pantauan WANTARA di lapangan, proyek ini patut diduga karena pengerjaan jalan tersebut dikerjakan asal rampung, terlihat saat pengerjaan proyek jalan itu ada beberapa badan jalan yang berlubang langsung di-prime coat dan tidak di-paecing, seharusnya jalan yang berlubang di peacing dulu, terus di prime coat baru loyer (diaspal).
Badan jalan yang di-prime coat diduga tidak standar PU alias seperti kencing bebek. Karena fungsi dari prime coat yakni untuk perekat dan pengunci jalan yang lama dengan jalan yang baru.
Kemudian itu, penghamparan aspal diduga asal-asalan alias tidak rapi, terlihat dibeberapa titik jalan, aspalnya berpori-pori, melalui lubang pori-pori itu, nantinya air hujan akan masuk kedalam aspal dan lama-kelamaan aspal mulai terkelupas. Bahkan, ketebalan aspal yang dikerjakan dijalan tersebut diduga ketebalanya 6 sampai 7 cm.
Sementara itu, menurut warga setempat yang namanya tidak mau disebutkan saat dijumpai WANTARA mengatakan, proyek pengaspalan jalan itu baru selesai dikerjakan, namun dikhawatirkan tidak akan bertahan lama, kurang dari enam bulan jalan tersebut nantinya rusak lagi.
Kenapa, sebab pengaspalan jalan ini dikerjakan “asal asalan”, karena pada saat dikerjakan proyek jalan itu sudah terlihat ada kejanggalan seperti pengaspalanya dikerjakan malam hari sampai jam 12 malam, tanpa ada pengawasan dari Dinas PU, jalan yang berlubang tidak ditampal, seharusnya jalan yang berlubang ditampal dulu baru diaspal dan ketebalan aspalnya sebagian masih ada yang tipis.
“Sudahlah pak, kalau proyek pengaspalan jalan dikerjakan malam hari sudah tidak beres lagi, biasanya orang bekerja pada malam hari namanya maling. Di situlah nanti pihak kontraktor diduga sengaja mengurangi volume bahan material aspal untuk mendapatkan keuntungan. Sedangkan untuk pengaspalan dilakukan 2 kali pak, tapi ketebalan aspal sangat diragukan, mungkin ketebalan semuanya hanya 6 cm, kalau tebalnya 10 cm tidak sampai ” ujar salah satu warga yang minta namanya jangan ditulis kepada WANTARA, minggu lalu.
Selain itu, WANTARA tetap berusaha untuk konfirmasi dengan pejabat berkompeten dalam proyek jalan tersebut, di Dinas PU Tata Kota Lubuklinggau. Entah kenapa tidak ada angin dan hujan akhirnya bertemu Ade Rahma Putra pegawai PU di Bagian Bina Marga. Ketika ditanya siapa Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) proyek jalan itu.
Namun Ia tidak mengakui kepada wartawan bahwa dirinya PPTK kegiatan tersebut. Malah dia balik bertanya, “anda tahu dari siapa bahwa saya PPTKnya?”. Menurut informasi yang diterima bapak PPTK-nya. Akhirnya Ade mengakui juga bahwa dirinya PPTK proyek pengaspalan jalan itu.
“Oh…Kamu salah, saya bukan PPTK proyek jalan tersebut, kalau boleh tahu siapa yang bilang saya PPTKnya?, ya sudah kalau anda sudah tahu, memang benar saya PPTKnya, Ada apa dengan proyek tersebut”, jawabnya.
Lanjutnya, PPTK membantah dan tidak benar tentang pekerjaan proyek pengaspalan di jalan tersebut tidak dilakukan tampal paecing. Ia mengatakan, proyek jalan itu dikerjakan sesuai dengan aturan dari PU, sebelum pengaspalan, jalan yang rusak dan berlubang harus ditambal paecing, setelah itu di-prime coat, baru diaspal.
Sedangkan untuk pengaspalan dilakukan 2 kali, dengan jumlah ketebalan seluruhnya 9 cm, di antaranya pengaspalan pertama jenis aspal AC base dengan ketebalan 5 cm, dan pengaspalan kedua jenis aspal ACBC dengan ketebalan 4 cm.
“Itu tidak ada dan tidak benar, bahwa proyek pengaspalan jalan dengan panjang 4 km, lebar 7 m tidak dilakukan tampal paecing, proyek tersebut kami kerjakan sesuai dengan teknis dan aturan dari PU. Selain pengaspalan item pekerjaan lainnya yakni pembuatan talud dan bronjong”, jelasnya, (Nasrul /Widi)
Tahun Anggaran (TA) 2012, bersumber dana DDL, Pemerintah Kota Lubuklinggau Provinsi Sumatera Selatan, melalui Dinas PU Tata Kota, melaksanakan proyek peningkatan jalan lingkar utara dengan panjang 4 km, lebar 7 m dengan ketebalan 9 cm , berlokasi di Kecamatan Lubuklinggau Utara I dengan nilai kontrak Rp. 9.843.764.000.00,- dikerjakan PT. Alfa Amin Utama, dinilai sejumlah kalangan tidak berkualitas.
Di khawatirkan jalan itu akan cepat mengalami kerusakan, karena dikerjakan asal-asalan pada malam hari,
tanpa pengawasan dari Dinas PU Tata Kota Lubuklinggau.
Hal itu, terlihat pada saat pengaspalan, jalan yang berlubang tidak di Paecing (tambal) , dan oleh kontraktor langsung di-prime coat, lalu diaspal. Seharusnya jalan itu di-paecing dulu, terus di-prime coat, baru loyer (diaspal). Kemudian, prime coat yang dilakukan di jalan itu diduga tidak standar PU.
Bahkan juga, secara kasat mata ketebalan hamparan aspal di bebarapa titik jalan yang terpasang diduga masih ada terlihat tipis dan berpori-pori, karena pelaksanaan diduga tidak sesuai tehknis yang umumnya dilakukan dua kali pengaspalan untuk mencapai ketebalan 9 cm baru bagus.
Pihak kontraktor diduga sengaja mengurangi volume bahan material aspal untuk mendapatkan keuntungan di luar kewajaran. Meskipun secara fisik pengasapalan telah selesai dikerjakan namun permukaan jalan tidak menunjukan mutu yang lebih baik. Sehingga ada beberapa titik di jalan ini kondisi aspalnya mulai retak dan terkelupas.
Hal di atas, berdasarkan pantauan WANTARA di lapangan, proyek ini patut diduga karena pengerjaan jalan tersebut dikerjakan asal rampung, terlihat saat pengerjaan proyek jalan itu ada beberapa badan jalan yang berlubang langsung di-prime coat dan tidak di-paecing, seharusnya jalan yang berlubang di peacing dulu, terus di prime coat baru loyer (diaspal).
Badan jalan yang di-prime coat diduga tidak standar PU alias seperti kencing bebek. Karena fungsi dari prime coat yakni untuk perekat dan pengunci jalan yang lama dengan jalan yang baru.
Kemudian itu, penghamparan aspal diduga asal-asalan alias tidak rapi, terlihat dibeberapa titik jalan, aspalnya berpori-pori, melalui lubang pori-pori itu, nantinya air hujan akan masuk kedalam aspal dan lama-kelamaan aspal mulai terkelupas. Bahkan, ketebalan aspal yang dikerjakan dijalan tersebut diduga ketebalanya 6 sampai 7 cm.
Sementara itu, menurut warga setempat yang namanya tidak mau disebutkan saat dijumpai WANTARA mengatakan, proyek pengaspalan jalan itu baru selesai dikerjakan, namun dikhawatirkan tidak akan bertahan lama, kurang dari enam bulan jalan tersebut nantinya rusak lagi.
Kenapa, sebab pengaspalan jalan ini dikerjakan “asal asalan”, karena pada saat dikerjakan proyek jalan itu sudah terlihat ada kejanggalan seperti pengaspalanya dikerjakan malam hari sampai jam 12 malam, tanpa ada pengawasan dari Dinas PU, jalan yang berlubang tidak ditampal, seharusnya jalan yang berlubang ditampal dulu baru diaspal dan ketebalan aspalnya sebagian masih ada yang tipis.
“Sudahlah pak, kalau proyek pengaspalan jalan dikerjakan malam hari sudah tidak beres lagi, biasanya orang bekerja pada malam hari namanya maling. Di situlah nanti pihak kontraktor diduga sengaja mengurangi volume bahan material aspal untuk mendapatkan keuntungan. Sedangkan untuk pengaspalan dilakukan 2 kali pak, tapi ketebalan aspal sangat diragukan, mungkin ketebalan semuanya hanya 6 cm, kalau tebalnya 10 cm tidak sampai ” ujar salah satu warga yang minta namanya jangan ditulis kepada WANTARA, minggu lalu.
Selain itu, WANTARA tetap berusaha untuk konfirmasi dengan pejabat berkompeten dalam proyek jalan tersebut, di Dinas PU Tata Kota Lubuklinggau. Entah kenapa tidak ada angin dan hujan akhirnya bertemu Ade Rahma Putra pegawai PU di Bagian Bina Marga. Ketika ditanya siapa Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) proyek jalan itu.
Namun Ia tidak mengakui kepada wartawan bahwa dirinya PPTK kegiatan tersebut. Malah dia balik bertanya, “anda tahu dari siapa bahwa saya PPTKnya?”. Menurut informasi yang diterima bapak PPTK-nya. Akhirnya Ade mengakui juga bahwa dirinya PPTK proyek pengaspalan jalan itu.
“Oh…Kamu salah, saya bukan PPTK proyek jalan tersebut, kalau boleh tahu siapa yang bilang saya PPTKnya?, ya sudah kalau anda sudah tahu, memang benar saya PPTKnya, Ada apa dengan proyek tersebut”, jawabnya.
Lanjutnya, PPTK membantah dan tidak benar tentang pekerjaan proyek pengaspalan di jalan tersebut tidak dilakukan tampal paecing. Ia mengatakan, proyek jalan itu dikerjakan sesuai dengan aturan dari PU, sebelum pengaspalan, jalan yang rusak dan berlubang harus ditambal paecing, setelah itu di-prime coat, baru diaspal.
Sedangkan untuk pengaspalan dilakukan 2 kali, dengan jumlah ketebalan seluruhnya 9 cm, di antaranya pengaspalan pertama jenis aspal AC base dengan ketebalan 5 cm, dan pengaspalan kedua jenis aspal ACBC dengan ketebalan 4 cm.
“Itu tidak ada dan tidak benar, bahwa proyek pengaspalan jalan dengan panjang 4 km, lebar 7 m tidak dilakukan tampal paecing, proyek tersebut kami kerjakan sesuai dengan teknis dan aturan dari PU. Selain pengaspalan item pekerjaan lainnya yakni pembuatan talud dan bronjong”, jelasnya, (Nasrul /Widi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar