Rabu, 30 Januari 2013

Kasus Proyek Miliaran Rupiah Di Lubuklinggau

Dedy Purbaya Menyalahkan PPTK 
WANTARA, Lubukliggau
Terkait Proyek Peningkatan Jalan lingkar Utara, dengan panjang 4 km, lebar 7 m, berlokasi di Kecamatan Lubuklinggau Utara I, Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan, yang menelan dana miliaran rupiah, sbagaimana dilansir WANTARA pada edisi minggu lalu, berbuntut panjang.
Pasalnya, dua pejabat pada proyek tersebut saat dikonfirmasi di ruang kerjanya masing-masing, beda penjelasan, hal tersubut mengindikasikan ada sesuatau hal yang tidak beres,
dan tentunya patut menjadi pertanyaan bagi pekerja sosial (wartawan) untuk menelusuri lebih dalam perjalanan proyek tersebut.
Untuk diketahui bahwa komentar Ade Rahma Putra selaku Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) tidak singkron dengan penyampaian Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), di antara mereka tersebut terkesan hanya mau cuci tangan dari persoalan buruknya pekerjaan fisik proyek di lapangan. Apalagi terlontar tudingan dari PPK bahwa dalam proyek itu PPTK yang bersangkutan tidak mengerti teknis pengaspalan jalan. Menjadi pertanyaan, mengapa pejabat tersebut dipercayakan (tugaskan/angkat) menangani teknis proyek?
Hal ini diutarakan Dedi Purbaya selaku PPK saat ditemui WANTARA di ruang kerjanya minggu lalu, dan dia membantah mengatakan, “proyek itu tidak mungkin jalan yang berlubang tidak ditampal. Jika jalan yang berlubang tidak ditambal nantinya akan mengalami keretakan sehingga mengakibat kerusakan. Kemudian pengaspalan di jalan tersebut dilakukan dua kali, dengan ketebalan 11 cm di antaranya; pengaspalan lapisan pertama AC BASE dengan ketebalan 6 cm, dan lapisan kedua jenis aspal ACBC dengan ketebalan 5 cm.
“Tidak mungkin jalan yang berlubang tidak ditampal, sebelum melakukan pengaspalan, jalan yang berlubang ditampal dengan aspal, kalau tidak ditampal, jelas aspal jalan akan turun. Untuk bisa mengetahui ketebalan jalan itu, Nantinya di KOR, sehingga bisa mengetahui berapa ketebalan Aspal AC BASE dan ACBC”, jelasnya.
Selain itu, masih menurut Dedi, Jika dilihat dari gambar dipemberitaan KORAN WANTARA, aspal yang disiram ke jalan tersebut, namanya bukan prime coat, itu namanya tack coat, karena Prime coat dan tack coat beda. Kalau tack coat digunakan untuk peningkatan jalan, aspal yang disiram dak perlu rata, jika aspalnya terlalu banyak disiram, nanti aspalnya bulding dan timbul ke atas. Sedangkan prime coat digunakan untuk buka jalan baru dan aspalnya kasar, tapi itu ada campurannya. Apa campuranya mungkin kamu sudah tahu.
“Jika PPTK mengatakan itu prime coat, itu salah, mungkin dia belum bisa membedakan mana yang tack coat dan mana prime coat, atau juga PPTK tidak mengerti teknis pengaspalan atau salah omong. Sedangkan untuk tack coat dalam satu meter persegi berapa banyak aspal yang digunakan, itu sudah ada dalam spec-nya. Tapi jangan kamu tanya dengan saya, karena anda sudah tahu,” ungkapnya.
Sebagaimana pada edisi lalu, Tahun anggaran 2012, dengan sumber dana dari DDL, Pemerintah Kota Lubuklinggau, Provinsi Sumatera Selatan, melalui Dinas PU Tata Kota Lubuklinggau, melaksanakan Proyek Peningkatan Jalan Lingkar Utara dengan panjang 4 km, lebar 7 m dengan ketebalan 9 cm , berlokasi di Kecamatan Lubuklinggau Utara I, dengan nilai kontrak Rp. 9.843.764.000.00,- yang dikerjakan oleh PT. Alfa Amin Utama diduga proyek sarat penyimpangan proyek berdampak kepada buruknya kualitas. Ditengarai dikerjakan asal-asalan, seiring jalan tersebut dikerjakan malam hari, tanpa pengawasan dari dinas PU Tata Kota Lubuklinggau.
Hal ini, terlihat pada saat pengaspalan di jalan itu, jalan yang berlubang tidak di tampal (paecing), dan oleh kontraktor langsung di-prime coat, lalu diaspal. Seharusnya jalan itu di-paecing dulu, terus di-prime coat, baru loyer (diaspal). Kemudian, prime coat yang dilakukan di jalan itu diduga tidak standar PU.
Bahkan juga, secara kasat mata ketebalan hamparana aspal di bebarapa titik jalan yang terpasang diduga masih ada terlihat tipis dan berpori-pori, karena pelaksanaan diduga tidak sesuai teknis yang umumnya dilakukan dua kali pengaspalan untuk mencapai ketebalan 9 cm baru bagus.
Pihak kontraktor diduga sengaja mengurangi volume bahan material aspal untuk meraup keuntungan yang lebih besar. Meskipun secara fisik pengasapalan telah selesai dikerjakan namun permukaan jalan tidak menunjukan mutu yang lebih baik. Sehingga ada beberapa titik di jalan ini kondisi aspalnya mulai retak dan terkelupas.
Hal di atas berdasarkan pantauan WANTARA di lapangan, proyek ini patut diduga karena pengerjaan jalan tersebut dikerjakan asal jadi, terlihat saat pengerjaan proyek jalan itu ada beberapa badan jalan yang berlubang langsung di prime coat dan tidak di-paecing, seharusnya jalan yang berlubang di-peacing dulu, terus di prime coat baru loyer. Badan jalan yang di-prime coat diduga tidak standar PU alias seperti kencing bebek. Karena fungsi dari prime coat yakni untuk perekat dan pengunci jalan yang lama dengan jalan yang baru.
Kemudian itu, penghamparan aspal diduga asal-asalan alias tidak rapi, terlihat dibeberapa titik jalan, aspalnya berpori-pori, melalui lubang pori-pori itu, nantinya air hujan akan masuk ke dalam aspal dan lama-kelamaan aspal mulai terkelupas. bahkan, ketebalan aspal yang dikerjakan di jalan tersebut diduga ketebalannya 6 sampai 7 cm.
Sementara itu, menurut warga setempat yang namanya tidak mau disebutkan saat dijumpai WANTARA mengatakan, proyek pengaspalan jalan itu baru selesai dikerjakan, namun dikhawatirkan tidak akan bertahan lama, kurang lebih satu tahun jalan tersebut nantinya rusak lagi.
Kenapa, sebab pengaspalan jalan ini dikerjakan “asala-salan”, karena pada saat dikerjakan proyek jalan itu sudah terlihat ada kejanggalan seperti pengaspalanya dikerjakan malam hari sampai jam 12 malam, tanpa ada pengawasan dari Dinas PU, jalan yang berlubang tidak ditampal, seharusnya jalan yang berlubang ditampal dulu baru diaspal dan ketebalan aspalnya sebagian masih ada yang tipis.
“Sudahlah pak, kalau proyek pengaspalan jalan dikerjakan malam hari sudah tidak beres lagi, biasanya orang bekerja pada malam hari namanya maling. Di situlah nanti pihak kontraktor diduga sengaja mengurangi volume bahan material aspal untuk mendapatkan keuntungan. Sedangkan untuk pengaspalan dilakukan 2 kali pak, tapi ketebalan aspal sangat diragukan, mungkin ketebalan semuanya hanya 6 cm, kalau tebalnya 10 cm tidak sampai ” ujarnya, minggu lalu.
Guna pemberitaan yang berimbang WANTARA berusaha untuk konfirmasi dengan pejabat yang berkompeten dalam proyek jalan tersebut, di Dinas PU Tata Kota Lubuklinggau, akhirnya bertemu Ade Rahma Putra pegawai PU di Bagian Bina Marga.
Ketika ditanya siapa Pejabat PelaksanaTeknis Kegiatan (PPTK) proyek jalan itu. Namun ia tidak mengakui kepada WANTARA bahwa dirinya PPTK kegiatan tersebut. Tapi dia balik bertanya, “anda tahu dari siapa bahwa saya PPTK nya?” dan WANTARA jawab menurut informasi, akhirnya Ade mengakui juga bahwa dirinya PPTK proyek pengaspalan jalan itu.
“Sebelumnya ia mengatakan, “Oh…Kamu salah, saya bukan PPTK proyek jalan tersebut, kalau boleh tahu siapa yang bilang saya PPTK nya?, ya sudah kalau anda sudah tahu, memang benar saya PPTKnya, ada apa dengan proyek tersebut”, jelasnya
Lanjutnya, PPTK membantah dan tidak benar tentang pekerjaan proyek pengaspalan di jalan tersebut tidak dilakukan tampal paecing. Ia mengatakan, proyek jalan itu dikerjakan sesuai dengan aturan dari PU, sebelum pengaspalan, jalan yang rusak dan berlubang harus di tampal paecing, setelah itu di prime coat, baru diaspal.
Sedangkan untuk pengaspalan dilakukan 2 kali, dengan jumlah ketebalan seluruhnya 9 cm, di antaranya pengaspalan pertama jenis Aspal AC BASE dengan ketebalan 5 cm, dan pengaspalan kedua jenis aspal ACBC dengan ketebalan 4 cm.
“Itu tidak ada dan tidak benar, bahwa proyek pengaspalan jalan dengan panjang 4 km, lebar 7 m tidak dilakukan tampal paecing, proyek tersebut kami kerjakan sesuai dengan teknis dan aturan dari PU. Selain pengaspalan item pekerjaan lainnya yakni pembuatan talud dan bronjong”, jelasnya, (Nasrul/Widi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar