Mengharap Kepedulian Putra Daerah
102 Tahun Desa
Hurlang Muara Nauli Tanpa Listrik
Desa Hurlang Nauli selama 102 tahun tanpa
listrik.
WANTARA, Tapteng
SEJUMLAH warga masyarakat Desa Hurlang Muara Nauli, Tapanuli
Tengah (Tapteng), Provinsi Sumatera Utara, kepada WANTARA Sabtu (12/5) lalu,
bercerita sedih desanya sejak 1910 sampai 2012 ini, belum mendapat penerangan
lampu listrik. Selain itu, akses jalan
juga terabaikan oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tapteng. Padahal, Raja Bonaran
Situmeang, SH., M.Hum dan Sukran Jamilan
Tanjung, SE. pada masa kampanye berjanji akan perbaiki jalan ke Dusun Hurlang
Nauli, juga akan mengadakan lampu
penerangan listrik.
Namun janji mereka tersebut setelah menjadi Kepala
dan Wakil Kepala Daerah hingga
kini belum mereka wujudkan. Warga pun kini berharap cemas menunggu aksi
atas janji ke dua pimpinan tersebut.
“Muda-mudahan tidak terlupakan oleh Raja Bonaran Situmeang, SH., M.Hum selaku
Bupati pilihan masyarakat Kab. Tapteng.
Kami berharap dengan setia kepada Raja Bonaran Situmeang,” keluh warga kepada
WANTARA.
Dusun Hurlang Muara
Nauli, berada di Kecamatan (Kec) Kolang, berdampingan dengan Kec. Sorkam.
Merupakan tanah kelahiran Ir. Akbar
Tanjung, Drs. Sarfy Hutauruk, juga Raja Bonaran Situmeang. “ Jika mereka mau perduli akan kondisi desa kami,
pembangunan infrastruktur jalam dan penerangan listrik akan dapat terwujud
dalam waktu dekat,” keluh warga terlihat penuh berharap. kepada wartawan koran
ini.
Sementara LSM LPPI
(Lembaga Pengawas Pembangunan Indonesia) J. Butarbutar terkait hal ini menyatakan, Dusun Hurlang
Nauli, jauh tertinggal pembangunannya di segala sektor dibandingkan desa lain.
Padahal, desa (dusun) tersebut terbentuk sejak 1910. “Sampai saat ini kondisi desa ini selalu
begitu saja. Padahal, banyak
dari Kecamatan Kolang, pejabat negara dan politikus senior nasional
seperti; Akbar Tanjung, Sarfy Hutauruk,
dan Raja Bonaran Situmeang. Namun, desa
asal para tokoh itu belum memiliki penerangan lampu listrik.
Terungkap, masih ada
beberapa desa di Kab. Tapteng, kondisi
serupa (tanpa penerangan lampu listrik) seperti; Dusun Sigiringgiring,
Hutaraja, Kec. Tukka, Desa Aloban (Bair) Kec. Tapian Nauli, Kab. Tapanuli Tengah.
Terkait terbelakangnya pembangunan desa itu warga pun kemudian menuturkan
kemerdekaan Republik Indonesia, belum
mereka rasakan, sehingga kami
berpendapat di pandang sebelah mata oleh Pemerintah Kab. Tapteng.
“Tidak ada alasan Bupati Kab. Tapanuli Tengah tidak
mengetahui keberadaan kami. Bahkan kami andil mendukung kemenangan dia jadi
Bupati Kab. Tapanuli Tengah. Kami juga memberikan dukungan kepada DPRD sehingga
anggota dewan ada dari Dapil kami mewakili rakyat untuk menyampaikan keluhan
kami kepada pemerintah. Entah apa sebabnya mulai dari tahun 1910 sampai saat
ini kami selalu terlupakan dari ingatan
Kepala Desa, Camat, DPRD, juga Bupati Kab. Tapanuli Tengah. Ternyata
kami seperti sangge – sangge (sereh)
hanya pelengkap. Sesudah masakan masak
sereh-nya dibuang begitu saja,” tegasnya. (H.04)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar