Selasa, 10 Juli 2012

Mengenal Ajaran Bung Karno


De-Sukarnoisasi Dan UBK


Oleh:
Bachrum Musa
Aktivis Pemuda Marhaennis dan Mantan Staf Skretariat 
Yayasan Pendidikan Sukarno (YPS)

            Universitas Bung Karno (UBK) mulai dipersiapkan berdirinya sekitar Maret 1983. Munculnya gagasan mendirikan UBK, bersamaan dengan maraknya aksi-aksi De-Sukarnoisasi yang sudah berjalan sejak  1970, baik yang dilakukan oleh penguasa resmi maupun kaum yang secara ideologis anti marhaenisme.
            Puncak dari de-Sukarnoisasi berlaku melalui operasi Prof. Nugroho Notosusanto pada 1981 dengan melontarkan “bumerang” melalui tulisannya berjudul “Proses Perumusan Pancasila Dasar Negara”. Pada tulisan itu, Nugro, yang saat itu menduduki jabatan Kepala Sejarah ABRI, memastikan bahwa Bung Karno, bukan satu-sayunya penggali Pancasila. 
            Walaupun Prof. Nugroho berpangat Titulir Brigadir Jendral, namun reaksi keras dari berbagai pihak menolak keyakinan Nugroho, sehingga buku dan tulisan Nugroho, berakibat memukul balik dirinya bagaikan “boomerang” yang membalik sasaran.
            Pukulan balik itu seakan memberi kemenangan kepada penentang Nugroho, bahkan sebagian dari orang-orang Sukarnois menilai “operasi de-Sukarnoisasi” telah gagal. Malah ada yang mengasumsikan penguasa akan bersikap “manis” terhadap Sukarnois-Sukarnois, walaupun pada tahun 1983 Nugroho sudah menjadi Menteri P&K.
            Untuk membuktikan asumsi kelompok Sukarnois yang bernuansa asosiatif itu, maka segelintir Sukarnoisme  “kepala batu” coba melontarkan  proef-ballon (pengukur cuaca) ke udara. Dari proef-ballon itu akan diketahui apakah rezim penguasa masih tetap bersikap de-Sukarnois atau sudah akomodatif terhadap ajaran Bung Karno. Apakah benar penempatan Nugroho sebagai menteri P&K sebagai “upah” setelah dia mengaku kalah dan salah atas perbuatan “terkutuk” menghujat almarhum Bug Karno?.
UBK Dilarang
            Alumni-alumni UGM yang ada di Jakarta, setelah mengadakan bimbingan test sejak 1982, kemudian di awal 1983 itu, mendapat kepercayaan dari pimpinan Yayasan Pendidikan Soekarno (YPS), merencanakan berdirinya sebuah pengguruan tinggi. Rencana mendirikan pengguruan tinggi mendapat sambutan baik dari instansi pemerintah yang mengelolah perguruan tinggi swasta, yakni Kopertis III. Demikian meyakinkan sambutan dari Kopertis, sehingga rencananya perguruan tinggi ditetapkan merupakan Universitas yang menyandang nama Bung Karno, yakni UBK.
            Walaupun sekretariat YPS numpang di Gedung Perwanas, Jl. Senopati Jakarta Selatan, ternyata animo masyarakat untuk menyekolahkan putera-puterinya di UBK cukup besar. Dari catatan tersisa diketahui bahwa sejumlah 3.200 mahasiswa yang sudah membayar SPP siap menjadi peserta UBK serta 500 sarjana bersedia menjadi dosen. Animo ini menyejajarkan asumsi bahwa rakyat tetap menaruh simpati kepada Bung Karno, walaupun berbagai cara yang dilakukan penguasa untuk mendiskreditkan Bung Karno.
            Bahwa pihak penguasa menyusupkan intel-intenya ke tengah UBK lewat calon mahasiswa atau calon dosen tentulah wajar saja. Para intel ini menjalankan tugasnya denga baik, ada yang secara bersahabat dan ada yang tertutup, namun laporan kepada komandan mengenai UBK, pastilah berjalan dengan seksama. Tahulah penguasa bahwa di UBK akan diajarkan paham-paham atau pikiran-pikiran Bung Karno sebelum dan sesudah proklamasi.
            Mengingat banyaknya jumlah pendaftar calon mahasiswa, maka pimpinan UBK, terpaksa menyaring mereka melalui testing. Testing tersebut diumumkan akan diadakan di Balai Sidang Senayan 6 September 1983, akan tetapi pihak penguasa memblokir gedung tersebut sehingga acara testing gagal.
            Pada September itu, diumumkan lagi kepada calon mahasiswa untuk melakukan testing di Gedung Pengguruan Rakyat, Jalan Sudirman, pihak penguasa memblokir seluruh jalan menuju gedung.   Alhasil, pimpinan YPS dan UBK mengumumkan menerima lulus semua calon mahasiswa dan perkuliahan akan dimulai 31 Oktober di Kampus Wisma Ciliwung, Jalan Bukit Duri Tanjakan.
            Lalu apakah yang terjadi ?, aparat keamanan menjaga jalan menuju ke Jalan                                                       Bukit Duri Tanjakan, serta melarang setiap orang melewati jalan tersebut. Ada beberapa calon mahasiswa yang kesal karena sudah dua kali diblokir berupaya menembus blokade, namun aparat harus menjalankan tugasnya walau tahu di antara calon mahasiswa itu, ada adik atu saudaranya.  Beberapa calon mahasiswa kena popor bedil, kena terjang, kena gebuk, dan diuber hingga ada yang lari hingga tercebur ke Kali Ciliwung. (bersambung)              

Tidak ada komentar:

Posting Komentar