Kepribadian yang Kuat,
Cerdas dan Visioner Untuk DKI 1
Oleh : AM.ARIEFUL.ZA
JAKARTA, merupakan Ibu Kota Negara
Kesatuan Republik Indonesia, mengemban fungsi sebagai pusat semua kegiatan
administarsi negara, pusat kegiatan ekonomi dan informasi. Hampir semua bidang
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, mulai dari sosial budaya,
ekonomi, politik, pertahanan, keamanan nasional, memaksa mayoritas warga yang
ada di Jakarta, harus ikut dan terlibat dari semua aspek kehidupan sebuah kota
metropolitan yang disebut Jakarta.
Sama halnya dengan kapasitas yang
harus dimiliki oleh seorang gubernur yang akan memimpin Jakarta. Selain memiliki
sikap sebagai warga ibu kota negara, juga memiliki wawasan kebangsaan yang
baik. Karna Jakarta, adalah Indonesia mini, tempat berkumpulnya semua macam
budaya, adat, tradisi, bahasa, dan berbaurnya suku-suku bangsa baik dalam
lingkup nasional juga regional, bahkan budaya antarbangsa.
Sikap cerdas
dan cermat untuk membangun serta melaksanakan visi-misi (Visioner) seorang
pemimpin memang suatu yang mutlak diperlukan untuk memimpin Jakarta. Karena
Jakarta, adalah suatu kota yang multi kompleks dari berbagai segi, sikap
seperti ini senantiasa terlihat dari setiap gubernur yang pernah memimpin
Jakarta, diawali dari zaman penjajahan Belanda.
Zaman Bungkarno yang disebut orde lama, zaman
Soekarno dengan orde barunya hingga
zaman reformasi sekarang ini. Wawasan visioner yang dilaksanakan oleh
pemerintah kolonialisme Belanda, terhadap Batavia yang saat ini berganti
Jakarta, dapat terlihat dengan pembangunan infrastruktur ibu kota, terencana
dalam menata perkotaan, gedung-gedung perkantoran di kota tua, pusat
pemerintahan di Istana Merdeka, Rumah Dinas Gubernur, Jenderal Hindia Belanda,
yang sekarang menjadi Istana Presiden Republik Indonesia, pembangunan setu
(danau-danau) sebagai resapan air, dan pembangunan sarana transportasi berupa
stasiun senteral kereta api di daerah kota yang lebih dikenal stasiun beos
(bus). Semua pembangunan kota itu, menunjukan, bahwa pembangunan kota Jakarta,
semua berdasarkan pada Master plan
yang dapat berlaku hingga berabad-abad dan dapat berguna hingga sekarang ini.
Tercatat dalam sejarah Pemerintahan Jakarta, sudah 12 gubernur yang pernah memimpin kota ini, sejak tahun 1945, Jakarta dipimpin gubernur pertama oleh Suwiryo (1945-1947, 1950-1951) dan kedua Sjamsuridja (1951-1953). Dan Sudiro (1953-1960) sebagai gubernur Jakarta, yang ke tiga, ke empat Soemarno Sosroatmodjo (1960-1964, 1965-1966) dan Henk Ngatatung (1964-1965) gubernur ke lima , ke enam Ali Sadikin (1966-1977) ke tujuh, Tjokropranolo (1977-1982) ke delapan, Suprapto (1982-1987), ke Sembilan, Wiyogo Atmodarminto (1982-1992) ke sepuluh Surjadi soedirja (1992-1997) ke sebelas, Sutioso (1997-200, 2002-2007) ke dua belas Fauzi bowo (2007-2012).
Tercatat dalam sejarah Pemerintahan Jakarta, sudah 12 gubernur yang pernah memimpin kota ini, sejak tahun 1945, Jakarta dipimpin gubernur pertama oleh Suwiryo (1945-1947, 1950-1951) dan kedua Sjamsuridja (1951-1953). Dan Sudiro (1953-1960) sebagai gubernur Jakarta, yang ke tiga, ke empat Soemarno Sosroatmodjo (1960-1964, 1965-1966) dan Henk Ngatatung (1964-1965) gubernur ke lima , ke enam Ali Sadikin (1966-1977) ke tujuh, Tjokropranolo (1977-1982) ke delapan, Suprapto (1982-1987), ke Sembilan, Wiyogo Atmodarminto (1982-1992) ke sepuluh Surjadi soedirja (1992-1997) ke sebelas, Sutioso (1997-200, 2002-2007) ke dua belas Fauzi bowo (2007-2012).
Sebagai mana
sudah 12 gubernur yang pernah memimpin Jakarta, sejak tahun 1945 hingga 2012
masing-masing telah mencatatkan prestasinya dalam memimpin DKI Jakarta ini,
tentu bagi calon-calon gubernur dan wakil gubernur yang saat ini sedang
berlomba adu kecerdasan, program serta janji politik untuk menuju Jakarta lebih
baik, adalah program-program yang pro (berpihak) kepada rakyat.
Seluruh elemen dan lapisan warga Jakarata,
tentu tidak ingin pemimpin yang menjadikan Jakarta, sebagai ajang uji coba
teori pembangunan perkotaan, atau menjadikan Jakarta, sebagai kota tempat hidupnya
kalangan primordialisme atau pun menjadikan Jakarta, hanya milik segolongan
orang, dan menjadikan jabatan gubernur sebagai tempat mengeruk harta kekayaan
serta menjadikan Jakarta, hanya sebagai upaya pemenuhan kepentingan individu
dan kekuasaan.
Tetapi Jakarta, adalah sebuah kota
internasional metropolitan yang dapat disejajarkan dengan berbagai kota besar
di dunia, seperti New York, Paris, Amsterdam, serta kota metropolitan lainnya
yang ada di dunia. Oleh karna itu, seorang gubernur Jakarta, harus seorang
pribadi yang kuat, cerdas, dan visional yang dapat menjawab permasalahan yang
ada di Jakarta, mulai dari banjir, macet, dan keamanan, pendidikan, politik,
sosial budaya, dan sebagainya.
Dari enam pasangan calon gubernur DKI
Jakarta, masing-masing tentu telah merancang berbagai program andalan dalam
mempromosikan dirinya agar dipilih warga DKI Jakarta, dalam pemilu kepala
daerah 10 juli 2012 mendatang, pasangan Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli, memiliki
misi yang hampir sama dengan pasangan Alex Noerdin – Nono Sampono, yang mana akan membebaskan biaya SPP bagi
murid-murid dari SD sampai SMA, sedangkan Alex Noerdin – Nono sampono, tidak
hanya SD sampai SMA, namun juga murid Madarasya sejak Ibtidaiyah, Tsanawiyah,
sampai Aliya.
Pasangan Joko Widodo – Basuki Tjhaya Purnama, memiliki
misi dengan pendekatan kepada masyarakat wong cilik, sedangkan pasangan Hidayat
Nurwahid – Didik J. Rachbini, lebih kepada para pedagang kaki lima, serta latar
belakang Didik J. yang sebagai pengamat ekonomi dan direktur pasca sarjana
untuk mendongkrak suara pasangan tersebut, sedangkan pasangan Faisal Basri –
Biem Benyamin, berpendapat bahwa Jakarta, dibangun berdasarkan tata ruang bukan
tata uang.
Karena membangun dengan tata ruang
yang semestinya akan membuat keberhasilan membangun Jakarta. Sedangkan pasangan
Hendarji Supandji - Ahmad Riza, tak
banyak memplublikasikan visi dan misinya dalam strategis berkampanye pilihan
gubernur yang akan dating. Mampukah para
pasangan cagub – cawagub merebut hati masyarakat Jakarta, untuk menuju Jakarta
lebih baik? Kita tunggu kompetisi para kandidat 11 Juli 2012 yang akan datang.
Dan semoga warga Jakarta, mulai peka dan bijak dalam menentukan pemimpin Jakarta mendatang. Jakarta yang terlepas dari masalah banjir, kemacetan lalu lintas dan Jakarta aman. (Penulis adalah wartawan Koran Warta Nusantara. Bertempat tinggal di Jakarta).
Dan semoga warga Jakarta, mulai peka dan bijak dalam menentukan pemimpin Jakarta mendatang. Jakarta yang terlepas dari masalah banjir, kemacetan lalu lintas dan Jakarta aman. (Penulis adalah wartawan Koran Warta Nusantara. Bertempat tinggal di Jakarta).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar